POTRET KONDISI MANAJEMEN RISIKO
Oleh CRMS Indonesia
Survey Nasional Manajemen Risiko yang dijalankan oleh CRMS Indonesia pada tahun 2016 bertujuan memotret kondisi Manajemen Risiko di Indonesia untuk memberikan gambaran lebih tajam dan konkret mengenai cara perusahaan di Indonesia memanfaatkan
Manajemen Risiko sebagai salah satu instrumen strategisnya, terutama dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Mei-Juni
2016
data dikumpulkan
213
Praktisi
berpartisipasi
Tingkat adopsi Manajemen Risiko di Indonesia
Menggunakan kerangka pengukuran kematangan Manajemen Risiko yang diperkenalkan oleh
Maria Ciorciari dan Dr. Peter Blattner, komponen ini bertujuan mengukur tingkat kematangan Manajemen Risiko di Indonesia.
standar Manajemen Risiko yang digunakan
Keberadaaan sebuah standar akan membantu perusahaan meningkatkan efisiensi dan daya saing secara keseluruhan. Komponen ini berupaya memetakan kerangka
Manajemen Risiko yang digunakan oleh perusahaan di Indonesia.
risiko terbesar yang dihadapi di 2016
Komponen ini berupaya melihat persepsi praktisi Manajemen Risiko di Indonesia mengenai risiko yang dianggap paling mengancam saat ini dengan menggunakan hasil riset yang dilakukan oleh majalah Audit & Risk dari IIA.
akuntabilitas Manajemen Risiko tertinggi
Kultur akuntabilitas yang kuat menjadi salah satu titik kritis dalam implementasi Manajemen Risiko. Komponen ini mendalami cara perusahaan Indonesia melihat akuntabilitas risiko secara umum dengan mengidentifikasi pihak yang bertanggung jawab memimpin Manajemen Risiko.
kompetensi paling penting
Akuntabilitas risiko yang tidak terstruktur dan tidak terpimpin tidak akan mampu menjadi bahan dasar untuk terciptanya Manajemen Risiko yang efektif. Komponen ini disusun untuk mengetahui kompetensi apa yang akan dibutuhkan oleh seorang pemimpin risiko, terutama di Indonesia.
Mayoritas perusahaan telah menggunakan kerangka Manajemen Risiko
Hasil survey mengindikasikan mayoritas perusahaan Indonesia telah menginternalisasi prinsip-prinsip Manajemen Risiko dan telah memiliki beberapa sistem pendukung seperti pelatihan dasar, pengawasan, dan perbaikan periodik.
Hampir satu dari lima perusahaan di Indonesia juga telah menjalankan Manajemen Risiko setelah optimal dengan mengintegrasikan implementasinya dalam setiap proses bisnis.
Lanjutkan
ISO 31000 merupakan standar yang paling banyak digunakan oleh perusahaan Indonesia.
Hasil dari komponen ini menunjukkan bahwa ISO 31000 telah menjadi standar yang diadopsi oleh perusahaan di Indonesia secara luas, dengan lebih dari setengah responden menggunakan kerangka tersebut di perusahaannya.
ISO 31000 juga lebih banyak diadopsi oleh perusahaan-perusahaan dengan tingkat kematangan Manajemen Risiko yang lebih tinggi. Hal ini membuktikan besarnya dukungan standar ini terhadap optimalisasi implementasi Manajemen Risiko.
Lanjutkan
Akuntabilitas tertinggi Manajemen Risiko mayoritas dipegang oleh Direktur
Terutama untuk perusahaan-perusahaan dengan tingkat kematangan yang lebih tinggi.
Dipegangnya akuntabilitas tertinggi Manajemen Risiko oleh Direktur atau CEO perusahaan menunjukkan bahwa manajemen risiko dilihat sebagai bagian dari komponen stratejik perusahaan. Hal ini sejalan dengan bagian utama kerangka ISO 31000, mandat dan komitmen, yang memandang pemimpin tertinggi perusahaan sebagai tumpuan awal proses implementasi Manajemen Risiko di perusahaan.
Analisis stratejik merupakan kompetensi yang dianggap paling penting
Dari 11 komponen kompetensi yang diajukan, kompetensi yang dianggap paling penting dimiliki oleh pemegang akuntabilitas tertinggi Manajemen Risiko suatu perusahaan adalah kemampuan analisis stratejik, diikuti dengan kemampuan mengelola perubahan dan komunikasi.
Unduh Laporan Selengkapnya.
Laporan lebih lengkap telah kami rilis lewat laman web resmi kami, silahkan unduh laporan ini untuk menambah pemahaman mengenai Manajemen Risiko.
Unduh Laporan Selengkapnya